Al-Maghiibaat (Alam Ghaib)

0 komentar

Keilmuan manusia sangatlah terbatas, ibarat setetes air yang ada pada paruh burung di tengah lautan. Pengetahuannya sebatas yang dilihat, didengar, diraba (almahsusat) serta sebatas yang bisa dijangkau oleh akal pikiran (alma'qulat). Sepandai apapun manusia, jika dia bukan seorang Rasul, tidak akan pernah bisa mengetahui urusan ghaib (almaghibat).

Pengetahuan tentang urusan ghaib, diungkapkan oleh Allah SWT melalui khobar yang diterangkan oleh para Nabi. Haram hukumnya meyakini keberadaan yang ghaib yang hanya sebatas perkiraan tanpa adanya dalil-dalil yang shohih.

وَاللهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَتَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصَارَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ {78}

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Qs. An-Nahl : 78)

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا {26} إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا {27}

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Qs. Al-Jin 26-27)

اَلْغَيْبُ هَوَ مَا لاَ يَقَعُ تَحْتَ الْحَوَاسِّ وَلاَ تَقْتَضِيْهِ بِدَايَةُ العُقُوْلِ، وَإِنَّمَا يُعْلَمُ بِخَبَرِ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ (الراغب : 381)

Ghaib itu ialah sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indera dan tidakj akan dapat disimpulkan oleh akal pikiran, hanyalah bisa dketahui berdasarkan khobar dari para Nabi AS. (Ar-Raghib : 381)

أَمَّا الْغَيْبُ فَمَا غَابَ عَنِ الْعِبَادِ مِنْ أَمْرِ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَمَا ذَكَرَ اللهُ فِي الْقُرُآنِ. لَمْ يَكُنْ َتصْدِيْقُهِمْ بِذَلِكَ مِنْ قَبْلِ أَصْلِ كِتَابٍ أَوِ عِلْمٍ كَانَ عِنْدَهُمْ تَفْسِيْرٌ (الطبري1 / 238)

Ghaib itu ialah perkara yang tertutup bagi hamba-hamba (manusia) seperti surga dan neraka. Tidak boleh meyakininya sebelum ada dasar dalam Al-Qur'an atau berdasarkan ilmu yang menjelaskan tentangnya (Qs. Ath-Thobariy)

Dari sinilah kita dapat mengetahui kesalahan dan kebohongan para kahin yang mengaku bisa mengetahu perkara yang ghaib.

J I N

Secara etimologi, sebutan Jin diambil dari kalimat جنن yang artinya menutup dan menghalangi. Ibnul Atsir dalam kitabnya An-Nihayah fi Ghoribil hadits menerangkan, terdapat beberapa sebutan yang diambil dari kalimat جنن, seperti :

الجَنَّة 1 (kebun) dinamakan demikian karena tempat tersebut tertutup oleh tumbuh-tumbuhan dan terhalangi oleh dahan-dahannya.

الجَنِينُ2 Dinamakan demikian karena janin itu tertutup di dalam perut ibunya.

3 اَلْجُنة (tameng), dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَال َقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ (النسائي)

Dari Mu'adz bin Jabal ia berkata : Rasulloh SAW bersabda : Shaum adalah tameng (Hr. An-Nasaiy)

Ibadah shaum disebut Junnah (tameng) karena dengan shaum tersebut dapat menjaga/menghalangi dari syahwat yang menyakitkannya.

4. Jin dinamakan jin karena لاسْتِتارهم واخْتِفَائِهم عن الأبصار karena jin tersebut tertutup dan tersembunyi dari penglihatan.

Penciptaan Manusia, Jin dan Malaikat

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ {56}

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz-Dzariyat : 56)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ {26} وَالْجَآنَّ خَلَقنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ {27}

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (Qs. Al-Hijr : 26-27)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ (مسلم : 273)

Dari Aisyah ia berkata; Rasulullah SAW telah bersabda : Malaikat itu telah diciptakan dari cahaya, jin telah diciptakan dari api yang panas dan Adam telah diciptakan dari yang telah disifatkan bagi kalian (Hr. Muslim : 273)

Manusia Tidak bisa melihat Jin

يَابَنِي ءَادَمَ لاَيَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَآأَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَآإِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَتَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَآءَ لِلَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ {27}

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman (Qs. Al-A'rof : 27).

Iblis termasuk bangsa Jin

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا ِلأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلآَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً {50}

Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Kahfi : 50)

Syetan itu Shifat bukan nama makhluk

Imam Ibnu Katsir menerangkan bahwa :

وَالشَّيْطَانُ فِي لُغَةِ الْعَرَبِ مُشْتَقٌّ مِنْ شَطَن إِذَا بَعُدَ، فَهُوَ بَعِيْدٌ بِطَبْعِهِ عَنْ طِبَاعِ الْبَشَرِ، وَبَعِيْدٌ بِفِسْقِهِ عَنْ كُلِّ خَيْرٍ

Dalam bahasa Arab, kalimat Syetan pecahan kalimat dari شَطَن artinya jauh, sebab secara tabi'at syetan itu jauh dari tabi'at manusia dan jauh dari setiap kebaikan.

وَلِهَذَا يُسَمُّوْنَ كَلَّ مَا تَمَرَّدَ مِنْ جِنِّيٍّ وَإِنْسِيٍّ وَحَيَوَانٍ شَيْطَانًا

Oleh karena itu, setiap yang menentang baik dari bangsa jin, manusia maupun hewan dinamakan Syetan.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَافَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَايَفْتَرُونَ {112}

Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (Qs. Al-An'am : 112)

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ (مسلم789 : )

Dari Abu Dzar Al-Ghifary Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Jika salah seorang di antara kalian sholat, maka sutrohnya seperti kayu di bagian belakang kendaraan. Namun bila tidak ada sutroh di depannya seperti kayu di bagian belakang kendaraan, akan mengurangi pahala sholat seorangnya adalah keledai, wanita dan anjing hitam. Saya bertanya : Hai Abu Dzar ! apa bedanya anjing hitam dari anjing merah dan anjing kuning ? Dia menjawab : wahai anak saudaraku, aku juga pernah bertanya kepada Rasulullah SAW seperti yang engkau tanyakan. Rasulullah SAW menjawab : Anjing hitam adalah setan. (Hr. Muslim : 789)

Perbedaan antara Jin & Malaikat

a Shifat Malaikat

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ {6}

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Qs. At-Tahrim : 6)

b. Shifat Jin

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}

Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Baqoroh : 34)

Berkomunikasi dengan Jin

Kekuatan ghaib energi negatif bantuan jin hadir melalui mantra-mantra dan ritual tertentu dalam bentuk mediasi lainnya, inilah yang terlarang karena kita memperlindungkan diri kepada jin, sebagaiman Allah SWT berfirman :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا {6}

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Qs. Al-Jin : 6)

Tenaga (energi) yang buruk atas bantuan jin di antaranya adalah sihir, sering dipakai dalam hipnotisme, magnetisme. Hal ini jelas hukumnya haram, karena membawa kepada kekufuran dan kemusyrikan.

Kesurupan Jin

Kesurupan berasal dari bahasa sunda, yaitu surup. Nyurup berarti roh halus, jin dll yang masuk ke dalam badan manusia. Dalam bahasa Inggris disebut trance sedangkan menurut menurut disiplin ilmu kedokteran ada dua, yaitu hipnosa dan disosiasi.

Hipnosa ialah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti.

Disosiasi ialah sebagian tingkah laku atau memisahkan diri secara psikologik dari kesadaran. Kemudian terjadi amnesia sebagaian atau total. Disosiasi ini dapat berupa trance yaitu keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap lingkungan yang biasanya mulai mendadak, mungkin terjadi roman muka yang bengong, kehilangan akal atau melamun.

Inilah yang oleh orang-orang berkepercyaan syirik disebut kesurupan atau keraksukan jin, roh halus atau hantu.

Di dalam Islam tidak dikenal istilah kesurupan atau kerasukan jin atau roh halus, yang ada adalah mabuk, gila, sakit atau digoda dan dijerumuskajn oleh setan. Oleh karena itu, jika ada orang yang dikatakan keserupan, sesungguhnya ia seorang yang sedang lemah mentalnya, kosong jiwa dan pikirannya sehingga masalah yang dihadapimenjadi teramat berat dan ia tidak melihat celah jalan keluar, lalu setan menggelapkan pikirannya.

Oleh karena itu, ruqyah dalam arti do'a atau permohonan dan melindungkan diri dengan kalimat yang manshush atau susunan sendiri hukumnya boleh. Tapi, ruqyah dalam arti jimat dan jampi-jampi dengan menggunakan ayat Al-Qur'an atau lainnya adalah syirik. Tidak ada orang yang keserupan jin dan pengobatan kesurupan jin adalah dusta dan syirik (Kumpulan Keputusan Sidang dewan Hisbah Persatuan Islam, 99)

Wallohu a'lam bish Showab

[...]

Surat-surat yang pernah dibaca oleh Rasulullah SAW ketika Shalat

1 komentar

A. Sholat Dzuhur

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ فَنَسْمَعُ مِنْهُ الْآيَةَ بَعْدَ الْآيَاتِ مِنْ سُورَةِ لُقْمَانَ وَالذَّارِيَاتِ (النسائي : 961)

عن جابر بن سمرة : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في الظهر والعصر ب - { السماء والطارق } و { السماء ذات البروج } ونحوهما من السور (أبوداود : 805، الترمذي : 307)

B. Sholat Ashar

عن جابر بن سمرة : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في الظهر والعصر ب - { السماء والطارق } و { السماء ذات البروج } ونحوهما من السور (أبوداود : 805، الترمذي : 307)

C. Sholat Maghrib

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أُمِّهِ أُمِّ الْفَضْلِ قَالَتْ خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ رَأْسَهُ فِي مَرَضِهِ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ فَقَرَأَ بِالْمُرْسَلَاتِ قَالَتْ فَمَا صَلَّاهَا بَعْدُ حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ (أبوداود : 810، الترمذي : 283 النسائي : 975)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ فُلَانٍ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَ ذَلِكَ الْإِنْسَانِ وَكَانَ يُطِيلُ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَيُخَفِّفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ وَيُخَفِّفُ فِي الْعَصْرِ وَيَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ وَيَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَأَشْبَاهِهَا وَيَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ بِسُورَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ (النسائي : 973)

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ (البخاري : 731، النسائي : 977)

D. Sholat Isya

عن عدي قال سمعت البراء : أن النبي صلى الله عليه وسلم كان في سفر فقرأ في العشاء في إحدى الركعتين بالتين والزيتون (البخاري : 733، مسلم : 464)

عن أبي رافع قال صليت مع أبي هريره العتمة فقرأ { إذا السماء انشقت } . فسجد فقلت ماهذا ؟ قال سجدت بها خلف أبي القاسم صلى الله عليه وسلم فلا أزال أسجد بها حتى ألقاه (البخاري : 734)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ فُلَانٍ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَ ذَلِكَ الْإِنْسَانِ وَكَانَ يُطِيلُ الْأُولَيَيْنِ مِنْ الظُّهْرِ وَيُخَفِّفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ وَيُخَفِّفُ فِي الْعَصْرِ وَيَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ وَيَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَأَشْبَاهِهَا وَيَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ بِسُورَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ (النسائي : 973)


E. Sholat Shubuh

عن قطبة بن مالك قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في الفجر { والنخل باسقات لها طلع نضيد } [ في الركعة الأولى ] (الترمذي : 306)

F. Sholat Shubuh Hari Jum'at

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم يقرأ في الجمعة في صلاة الفجر { آلم تنزيل } . السجدة و { هل أتى على الإنسان } (البخاري : 851، مسلم : 879، الترمذي : 520)

G. Sholat Jum'at

عن عبيد الله بن أبي رافع [ مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم ] قال : استخلف مروان أبا هريرة على المدينة وخرج إلى مكة فصلى بنا أبا هريرة يوم الجمعة فقرأ سورة الجمعة وفي السجدة الثانية { إذا جاءك المنافقون } قال عبيد الله فأدركت أبا هريرة فقلت له تقرأ بسورتين كان علي يقرأ بهما بالكوفة ؟ قال أبو هريرة إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ بهما (مسلم : 877، الترمذي : 519)

عن النعمان بن بشير

: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في العيدين ويوم الجمعة ب - { سبح اسم ربك الأعلى } و { هل أتاك حديث الغاشية } قال وربما اجتمعا في يوم واحد فقرأ بهما (أبوداود : 1122، الترمذي : 533)

H. Sholat 'Ied

عن عبيدالله بن عبدالله : أن عمر بن الخطاب سأل أبا واقد الليثي ما كان يقرأبه رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأضحى والفطر ؟ فقال كان يقرأ فيهما بق والقرآن المجيد واقتربت الساعة وانشق القمر (مسلم : 891، أبوداود : 1154)

عن النعمان بن بشير : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقرأ في العيدين ويوم الجمعة ب - { سبح اسم ربك الأعلى } و { هل أتاك حديث الغاشية } قال وربما اجتمعا في يوم واحد فقرأ بهما (أبوداود : 1122، الترمذي : 533)

I. Sholat Kusuf

عن عائشة قالت : كسفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى بالناس فقام فحزرت قراءته فرأيت أنه قرأ بسورة البقرة وساق الحديث ثم سجد سجدتين ثم قام فأطال القراءة فحزرت قراءته فرأيت أنه قرأ بسورة آل عمران (أبوداود : 1187)

Catatan :

Hadits-hadits tersebut memberitahukan (khobariyyah) surat-surat yang pernah dibaca oleh Rasulullah SAW ketika shalat, tidak menunjukkan suatu keharusan (Insya-iyyah) membaca surat seperti yang dibaca oleh Rosulullah SAW.

وَاسْتَدَلَّ اِبْنُ الْعَرَبِيِّ بِاخْتِلَافِهَا عَلَى عَدَم مَشْرُوعِيَّة سُورَة مُعَيَّنَة فِي صَلَاةٍ مُعَيَّنَةٍ

Ibnul 'Arobiy beristidlal; dengan berbeda-bedanya surat yang dibaca (oleh Rasulullah SAW) menunjukkan tidak disyari'atkannya membaca surat yang tertentu dalam suatu shalat.

[...]

Hadits-hadits Dho'if Sekitar Shalat

0 komentar

1. MEMBACA "WABIHAMDIHI" PADA DO’A DU'A RUKU DAN SUJUD

Hadits Pertama :

1- حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى أَوْ مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ y، قَالَ : فَكَانَ رَسُولُ اللهِ r إِذَا رَكَعَ قَالَ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ –ثَلاَثًا- وَإِذَا سَجَدَ قَالَ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ –ثَلاَثًا-.

قَالَ أَبُوْ دَاوُدَ : وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ نَخَافُ أَنْ لاَ تَكُونَ مَحْفُوظَةً

(Imam Abu Dawud berkata) : Telah menerangkan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menerangkan kepada kami Al-Laets, ya’ni bin Sa'ad, dari Ayyub bin Musa atau Musa bin Ayyub, dari seseorang dari kaumnya, dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata : Keadaan Rasulullah SAW apabila ruku' beliau mengucapkan : "Subhaana robbiyal 'azhiem wa bihamdihi" tiga kali, dan bila sujud beliau mengucapkan : "Subhaana robbiyal 'a'laa wa bihamdihi" tiga kali. Abu Dawud berkata : Tambahan ini, kami khawatir keadaannya tidak mahfuz (tidak kuat).


Hadits tersebut diriwayatkan oleh :

  1. Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud pada Kitabus Shalat I : 211 no.870
  2. Al-Baehaqi dalam As-Sunanul Kubro pada Kitabus Shalat II : 402 no.2609

Pada sanad hadis tersebut terdapat rowi yang tidak disebutkan namanya, yaitu "’an rojulin min qaumihi ",oleh karenanya hadits tersebut Mubham, Hadis Mubham termasuk hadits dla'if.

Hadits Kedua :

2- حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ إِمَلاَءً، ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ، ثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنِ الشَّعْبِي، عَنْ صِلَةَ، عَنْ حُذَيْفَةَ y أَنَّ النَّبِيَّ r كَانَ يَقُوْلُ فِي رُكُوْعِهِ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ –ثَلَاثًا-، وَفِي سُجُوْدِهِ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ –ثَلَاثًا-

(Imam Ad-Daraquthni berkata) : Telah menerangkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin 'Abdul 'Aziz (Al-Baghowiy) secara imla, telah menerangkan kepada kami Abdullah bin Umar bin Aban, telah menerangkan kepada kami Hafs bin Giyats, dari Muhammad bin Abi Laila, dari As-Sya'biy, dari Silah, dari Hudzaifah RA, bahwasanya Nabi SAW ketika ruku'nya mengucapkan : "Subhaana robbiyal 'azhiem wa bihamdihi" tiga kali, dan ketika sujudnya (mengucapkan) : "Subhaana robbiyal 'a'laa wa bihamdihi" tiga kali.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh :

  1. Ad-Daraquthni dalam Sunan Ad-Daraquthni pada Kitabus Shalat I : 268 no.1278
  2. Al-Bazzar pada Musnad Al-Bazzar VII : 322 no.2921
  3. Al-Khotib Al-Baghdaaiy pada Kitab Tarikh Baghdad XI : 390 no.6267

Pada sanadnya ada rowi yang bernama Muhammad bin Abi Laela. Nama lengkapnya Muhammad bin Abdirrahman bin Abi Laela Al-Anshoriy, Abu Abdirrahman Al-Kufiy. Rowi tersebut didla'ifkan oleh Imam Yahya bin Sa'id dan oleh Imam Ahmad.

Imam Ahmad, Abu Hatim, Ibnu Hibban, Ad-Daraquthni, Ibnul Madiniy dan As-Sajiy mengatakan : Sayyiul hifzhi (jelek hapalan). Demikian juga dikatakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar.

Syu'bah berkata : Aku tidak melihat seseorang yang yang lebih jelek hapalannya daripada Ibnu Abi Laela. (lihat Tahdzibut Tahdzib VII : 284 no.6326, Mizanul I'tidal III : 613 no.7826, Taqribut Tahdzib II : 535 no.6326, Al-Kasyif III : 52 no.5054)

Hadits Ketiga :

3- حَدّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ رُمَيْسٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ سَمُرَةَ الأَحْمَسِيُّ، ثَنَا أَبُوْ يَحْيَى الْحَمَّانِي عَبْدُ الْحَمِيْدِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، ثَنَا السَّرِيُّ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوْقٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَقُوْلَ الرَّجُلُ فِي رُكُوْعِهِ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، وَفِي سُجُوْدِهِ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ.

(Imam Ad-Daraquthni berkata) : Telah menerangkan kepada kami Muhammad bin Ja'far bin Rumes, telah menerangkan kepada kami Muhammad bin Ismail bin Samuroh Al-Ahmasiy, telah menerangkan kepada kami Abu Yahya Al-Hammaniy Abdul Hamid bin Abdirrahman, telah menerangkan kepada kami As-Sariy bin Ismail, dari As-Sya'biy, dari Masruq, dari Abdullah bin Mas'ud RA, ia berkata : Termasuk sunnah seseorang pada ruku'nya mengucapkan : "Subhaana robbiyal 'azhiem wa bihamdihi", dan pada sujudnya (mengucapkan) : "Subhaana robbiyal 'a'laa wa bihamdihi".

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dalam Sunan Ad-Daraquthni pada Kitabus Shalat I : 268 no.1279

Pada sanadnya ada rowi yang bernama As-Sariy bin Ismail Al-Hamdaniy Al-Kufiy.

Rowi tersebut didla’ifkan oleh Imam Ibnu Ma'in, Al-Juz Janiy, Abu Dawud, Ibrohim Al-Harobiy, Al-Bazzar dan oleh Imam As-Saajiy.

Imam Abu Dawud dan An-Nasaiy berkata : Matrukul hadis, demikian juga dikatakan Imam Ibnu Hajar.

Imam Ahmad berkata : Orang-orang meninggalkan haditsnya.

Yahya Al-Qot.t.on berkata : Jelas bagi saya dustanya rowi tersebut pada suatu majlis.

(lihat Tahdzibut Tahdzib III : 271 no.2295, Mizanul I'tidal II : 117 no.3087, Taqribut Tahdzib I : 198 no.2295, Al-Kasyif I : 303 no.1828)


2. MENDAHULUKAN TANGAN KETIKA TURUN SUJUD

حَدَّثَنَا سَعِيْدُ بْنُ مَنْصُوْرٍ، ثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ حَسَنٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r : إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَبْرُكْ كَماَ يَبْرُكُ الْبَعِيْرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ

Telah menerangkan kepada kami Sa'id bin Manshur, telah menerangkan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad, telah menerangkan kepada saya Muhammad bin 'Abdillah bin Hasan, dari Abi al-Zinad, dari al-A'roj, dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang dari kamu sujud, maka janganlah ia duduk sebagaimana duduknya onta, tetapi hendaklah ia meletakkan dua tangannya itu dahulu dari pada dua lututnya.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh :

  1. Abu Dawud dalam Sunannya pada Kitabus Shalat I : 203 no. 840
  2. An-Nasaiy dalam Sunannya II : 207
  3. Ad-Daraquthni dalam Sunannya I : 271 no. 1289
  4. Al-Baehaqi dalam As-Sunanul Kubro pada Kitabus Shalat II : 428 no. 2688
  5. At-Tahawiy dalam Musykilul Atsar I : 189 no. 159
  6. Ad-Darimiy dalam Sunannya I : 303 no. 1270

Riwayat tersebut semua melalui jalan 'Abdul 'Aziz bin Muhammad, dari Muhammad bin 'Abdillah bin Hasan, dari Abu Al-Zinad, dari Al-A'roj dari Abu Hurairah.

'Abdul 'Aziz bin Muhammad bin 'Ubaid bin Abi 'Ubaid Ad-Darowardiy, Abu Muhammad Al-Madaniy, wafat tahun 187 H.). Ia masyhur dengan sebutan Ad-Darowardiy.

An-Nasaiy berkata : Tidak kuat. Kata Abu Hatim : Ia tidak dapat dijadikan hujjah. Abu Zur’ah berkata : sayyiul hifzhi (jelek hapalan).

(lihat Tahdzibut Tahdzib V : 255 no. 4243)

Hadits tersebut juga melalui Muhammad bin 'Abdillah bin Hasan bin Hasan bin 'Aliy bin Abi Thalib Al-Hasyimiy, wafat (dibunuh oleh 'Isa bin Musa) di Madinah tahun 145 H. pada usia 53 tahun. (Tahdzibut Tahdzib VII : 237 no. 6254).

An-Nasaiy memandangnya tsiqoh.

Adapun mengenai periwayatannya tentang hadits "Burukul Ba'ir", yang ia menerimanya dari Abu Al-Zinad, Imam Al-Bukhari menyatakan : Tidak ada mutabi'nya dan saya tidak tahu apakah ia mendengarnya dari Abu Al-Zinad atau tidak? (lihat Mizanul I’tidal III : 591no. 7736).


3. MERAPATKAN TUMIT WAKTU SUJUD

أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ اَلْمَحْبُوْبِيُّ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عِيْسَى اَلطَّرْسُوْسِيُّ، ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَنْبَأَ يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ، حَدَّثَنِي عُمَارَةُ بْنُ غَزِيَّةَ قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا النَّضْرِ يَقُوْلُ : سَمِعْتُ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُوْلُ : قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجُ النَّبِيِّ r : فَقَدْتُ رَسُوْلَ اللهِ r وَكَانَ مَعِي عَلَى فِرَاشِي فَوَجَدْتُهُ سَاجِدًا رَاصًّا عَقِبَيْهِ، مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ الْقِبْلَةَ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ : « أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَبِكَ مِنْكَ أُثْنِي عَلَيْكَ لاَ أَبْلُغُ كُلَّ مَا فِيْكَ »

(Imam Al-Hakim berkata) : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul ‘Abbas Muhammad bin Ahmad Al-Mahbubiy, telah menerangkan kepada kami Muhammad bin ‘Isa At-Tarsusiy, telah menerangkan kepada kami Sa’id bin Abi Maryam, telah mengkhabarkan Yahya bin Ayyub, telah menerangkan kepada kami ‘Umarah bin Ghaziyyah, ia berkata : Saya mendengar Abun Nadlr berkata : Saya mendengar ‘Urwah bin Az-Zuber berkata : Berkata Aisyah RA istrinya Nabi SAW : Aku kehilangan Rasulullah SAW, dan keadaannya bersamaku di tempat tidur, lalu aku menemukan beliau sedang sujud dengan merapatkan kedua tumitnya, dengan menghadapkan ujung jari-jarinya ke kiblat, lalu aku mendengarnya mengucapkan : “Aku berlindung dengan keridaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan dengan maaf-Mu dari siksaan-Mu, dan dengan-Mu dari-Mu, aku menyanjung-Mu dengan tidak sampai semua yang ada pada-Mu.” Al-hadits.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh:

  1. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak I : 358 no. 942.
  2. Ibnu Hibban dalam Al-Ihsan bitartibi shahih Ibni Hibban III : 154 no. 1929
  3. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubro II : 458 no. 2778
  4. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih Ibnu Khuzaimah III : 76 no. 634
  5. At-Tahawiy dalam Musykilul Atsar I : 108 no. 92

Pada sanadnya ada rowi yang bernama Yahya bin Ayyub Al-Ghofiqi, Abul ‘Abbas Al-Mishriy, salah seorang murid ‘Umaroh bin Ghaziyyah dan salah seorang guru Sa’id bin Abi Maryam walaupun dinilai tsiqoh oleh Ibnu Ma’in, Al-Bukhori, Ya’qub bin Sufyan dan Ibrohim Al-Harbi, namun rowi tersebut adalah rowi yang su-ul hifzhi (jelek hapalan).

Demikianlah dikatakan Imam Ahmad. Ibnu Sa’ad berkata: Munkarul hadits, Kata Ad-Daraquthni: Pada sebagian haditsnya idtirob, Kata Abu Hatim: Tidak dapat dijadikan hujjah dengannya, Kata An-Nasaiy: Tidak kuat, Ibnu Hajar dalam Taqribut Tahdzib berkata: Shoduq, terkadang ia salah

(lihat Tahdzibut Tahdzib juz IX hal. 205 rowi no. 7793, Mizanul I’tidal jilid IV hal. 362 rowi no. 9462, Taqribut Tahdzib II hal. 655 rowi no. 7793, Al-Kasyif juz III hal. 237 rowi no. 6220)


  1. MELAKUKAN ‘AJIN (BANGKIT DENGAN KEPALAN)

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ سَعِيْدٍ الرَّازِيُّ قَالَ : ناَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ قَالَ : نَا يُوْنُسُ بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ : نَا اَلْهَيْثَمُ بْنُ عَلْقَمَةَ بْنِ قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ، عَنِ الأَزْرَقِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ : رَأَيْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ وَهُوَ يَعْجِنُ فِي الصَّلاَةِ يَعْتَمِدُ عَلَى يَدَيْهِ إِذَا قَامَ، فَقُلْتُ : مَا هَذَا يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ؟ قَالَ : « رَأَيْتُ رَسُوْلَ الله يَعْجِنُ فِي الصَّلاَةِ »

(Imam At-Thabrani berkata) : Telah menerangkan kepada kami Ali bin Sa’id Ar-Raziy, ia berkata : Telah memberitakan kepada kami Abdullah bin Umar bin Aban, katanya : Telah memberitakan kepada kami Yunus bin Buker, ia berkata : telah mengkhabarkan kepada kami Al-Haetsam bin ‘Alqamah bin Qais bin Tsa’labah, dari Al-Azraq bin Qais, ia berkata : Saya melihat Abdullah bin Umar RA melakukan ‘ajin dalam shalat, ia menahan dengan kedua tangannya apabila bangkit, lalu saya bertanya : Apa ini ya Abu Abdirrahman ? Beliau menjawab : Saya melihat Rasulullah SAW melakukan ‘ajin dalam shalat.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam :

  1. Al-Mu’jamul Kabir XI : 383 no. 902
  2. Al-Mu’jamul Ausath IX : 207 no.4154

Pada sanadnya terdapat rowi yang bernama Yunus bin Buker bin Washil As-Syaibaniy, Abu Bakar/ Abu Buker Al-Hammal Al-Kufiy Al-Hafizh. (Tahdzibut Tahdzib IX : 456 no. 8183).

Kata Al-‘Ijliy : Ia dla’iful hadits. Kata An-Nasaiy : tidak kuat.

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata : Shaduq yukhti-u (jujur suka salah). (Taqribut Tahdzib II : 686 no. 8183, Ma’rifatus Tsiqat II : 377 no. 2063, Al-Mughni fid Dlu’afa II : 765 no. 7261).

Pada sanadnya juga ada rowi yang bernama Al-Haetsam bin ‘Alqamah bin Qais.

Ibnu Rajab berkata : Al-Haetsam ini tidak dikenal (Fathul Bari Ibnu Rajab VI : 63)

Yang ada dalam Kitab-kitab Rijalul hadits adalah Al-Haetsam bin Qais. Tentang rowi tersebut, kata Ibnu ‘Addiy, Ad-Dzahabi, Ibnu Hajar dan Al-‘Uqailiy : Tidak shahih haditsnya. (Al-Mughni fid Dlu’afa II : 717 no. 6809, Mizanul I’tidal VII : 112, Lisanul Mizan VI : 211, Ad-Dlu’afa lil ‘Uqailiy IV : 354 no. 1962).

An-Nawawi berkata : Adapun hadits yang tersebut pada Kitab Al-Washit dan yang lain dari Ibnu Abbas, “bahwasanya Nabi SAW bila berdiri dalam shalatnya, beliau meletakkan kedua tangannya pada tanah, sebagaimana meletakkannya yang ‘ajin (dengan kepalan),” Maka hadits tersebut dla’if atau batil, tak berasal (Al-Majmu’ syarh Al-Muhadzdzab III : 442, lihat juga Mugnil Muhtaj II : 433 dan IV : 393)


5. SHALAT SUBUH PAKAI QUNUT

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ يَعْنِي الرَّازِيَّ ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ y قَالَ: مَا زَال رَسُولُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

(Berkata Imam Ahmad) : Telah menerangkan kepada kami Abdurrazzaq, ia berkata : Telah menerangkan kepada kami Abu Ja’far Ar-Razy, dari Ar-Robi’ bin Anas, dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Tidak henti-hentinya Rasulullah SAW qunut pada shalat subuh, sehingga beliau meninggal dunia.

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya no. 12196.

Pada sanadnya ada rowi yang bernama Abu Ja’far Ar-Razy At-Tamimiy, namanya Isa bin Abi Isa (Abdullah bin Maahaan) .

Imam Amr bin Ali dan Ibnu Khirosy berkata : Sayyiul hifzhi (jelek hapalan). Demikian juga dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Taqribnya. (lihat Tahdzibut Tahdzib X : 62 no.8300, Taqribut Tahdzib II : 706 no. 8300)

Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh :

  1. Al-Baihaqi pada As-Sunanul Kubro, Kitabus Shalat III : 42 no. 3188 dan 3189 dan pada Sunan Shaghirnya I : 140 no. 422
  2. Abdurrazzaq pada Musonnafnya III : 110 no.4964
  3. Ad-Daraquthni pada Sunannya, Kitabul Witri bab shifatil qunuti II : 25 no. 1676,1677,1678

dengan sanad yang sama-sama melalui Abu Ja’far Ar-Razy diatas.



[...]